Menghidupkan Semangat Inklusivitas Mahasiswa Melalui PBAK 2023

Yogyakarta – Pelaksanaan hari pertama Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) UIN Sunan Kalijaga diselenggarakan di gedung Prof. Dr. H. Amin Abdullah (Multi Purpose) pada tanggal 22 Agustus 2023 dengan mengangkat tema “Revitalisasi Spirit Kemahasiswaan Guna Mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi” yang diikuti oleh seluruh mahasiswa baru.
Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Phil. H. Al-Makin menyambut baik kedatangan mahasiswa baru. Sebelum peresmian pembukaan acara PBAK secara simbolik menggunakan gong, beliau menyampaikan empat hal penting yang harus dilakukan oleh mahasiswanya, yaitu: “dream big aim high, mentorship, circle, dan read”. Setiap mahasiswa harus memiliki mimpi besar dengan tujuan tinggi melalui proses mentoring dari pengajar, pertemanan yang menunjang potensi diri dan memperkaya bacaan sekurang-kurangnya “one month one book”.
Setelah berbagai sambutan dari pimpinan UIN Sunan Kalijaga, acara dilanjutkan dengan pengenalan materi mengenai kemahasiswaan, kebangsaan dan inklusivitas.
Diawali oleh Khilma Anis, seorang novelis dan pengasuh pondok pesantren An-Nur alumni UIN Sunan Kalijaga yang inspiratif. Beliau menyampaikan bahwa jarang sekali seorang anak memiliki cita-cita sebagai penulis, padahal hakikatnya kita sebagai manusia harus memiliki karya dan makna saat hidup. Dalam mewujudkan makna hidup, tentu harus mengetahui potensi diri dengan tidak pernah berhenti belajar dan bermanfaat bagi banyak orang.
Selain mengenal potensi diri, kita memiliki keharusan untuk memiliki wawasan kebangsaan dan mengetahui bagaimana cara untuk menjadi warga yang baik. Irjen. Pol. Suwondo Nainggolan, S.IK., MH. menerangkan pentingnya Gen Z mengetahui berbagai bahaya yang mengancam kehidupan pribadi dan dampaknya terhadap masyarakat untuk menuju Indonesia Emas 2045. Kriminalitas, penggunaan obat terlarang, biasanya dilakukan atas dasar “keinginan mencoba hal baru” padahal tidak semua harus dicoba. Membangun budaya anti kriminalitas dan anti narkoba dibutuhkan kesadaran dan pengetahuan dari masing-masing orang.
Tidak hanya kehidupan bangsa yang terancam, adanya kekerasan seksual juga mengkhawatirkan kehidupan anak muda. Menurut data yang disampaikan oleh L’Oreal Paris dalam gerakan Stand Up Lawan Pelecehan Seksual, 9 dari 10 perempuan pernah mengalami kekerasan seksual dan 1 dari 10 laki-laki juga mengalami tindakan yang sama. Kekerasan seksual bisa terjadi karena korban tidak dapat melarikan diri dari kondisi saat itu, dan kurangnya pengetahuan mengenai tindakan seksualitas. UIN Sunan Kalijaga mendukung gerakan anti kekerasan seksual melalui Pusat Layanan Terpadu dengan menyediakan psikolog, psikiater, dan pihak profesional terkait.
Sebagai mahasiswa sudah seharusnya kita memperkaya diri dengan berbagai ilmu, baik pengetahuan dalam hal pendidikan dan kebangsaan, maupun wawasan untuk menjaga diri dari tindakan kekerasan seksual.*Rif’atul Maula