Ngaji Kitab Kuning Seri ke-2: Kitab Al-Hikam Karya Ibnu ‘Athaillah As-Sakandari

Ngaji kitab kuning kembali lagi dilaksanakan oleh Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam (FUPI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Kamis 4 Maret 2021. Kali ini giliran Dr. Fahruddin Faiz yang menjadi narasumber dalam kajian kitab kuning ini. Ini kali kedua FUPI menyelenggarakan kajian kitab dan akan dilakukan terus menerus hingga semester ini selesai. Program kajian kitab kuning menjadi wawasan baru bagi para penikmat kajian kitab baik kalangan dosen maupun mahasiswa. Selain media penambah wawasan keilmuan, keistiqomahan pengajian ini sebagai ajang silaturahmi dosen dan mahasiswa.

Nafisatul Muawwanah yakni dosen CPNS Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam mendapat jatah menjadi moderator acara. Kajian kitab kuning dimulai dari jam 20.00 WIB hingga pukul 21.00 dengan media zoom meeting. Kajian Kitab al-Hikam yang disampaikan oleh Fahrudin Faiz merupakan pertemuan perdana untuk ngaji kitab al-Hikam, yang mana kitab ini masyhur di kalangan pesantren di Indonesia. Dikarenakan seri perdana, Fahruddin Faiz memulainya dengan tarjamat mushannif dan pengenalan kitan Al-Hikam itu sendiri.

Fahruddin Faiz menjelaskan bahwa Nama lengkap pengarang kitab al-Hikam adalah Tajuddin Abu al-Fadhl Ahmad ibn Muhammad ibn Abdul Karim ibn Abdurrahman ibn Ahmad ibn Isa ibn al-Husain ‘Athaillah al-Judzami al-Maliki al-Syadzili al-Iskandari. Beliau lahir di Iskandariah, 648 H/1250 M, meninggal di Madrasah Mansuriyah, Kairo 1309 M. Adapun madzhab beliau adalah Maliki, dan tarekat tasawwufnya adalah Syadzili.

Selain sekilas biografi dari penulis, Fahruddin Faiz juga menjelaskan isi kitab al-Hikam itu merupakan pandangan sufisme dari Ibnu ‘Athaillah. Namun, dalam hal ini dikaji dalam perspektif yang berbeda yakni filsafat. Selain itu, secara umum kitab al-Hikam berisi tentang nasehat untuk para sahabat dan murid, serta tentang cara bermunajat kepada Allah. Kitab al-Hikam ditulis dalam bentuk aporisme, yaitu ditulis dengan kalimat-kalimat singkat yang berjumlah 264.

Tak hanya itu, Kitab al-Hikam merupakan salah satu kitab yang banyak dikaji di pesantren-pesantren. Menurut penuturan Dr. Fahruddin Faiz yang mengutip dari Martin Van Bruinessen, kitab ini pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat Muslim Nusantara oleh Syaikh Abd al-Shamad ibn Abdullah al-Jawi al-Falimbani. Di awal perkembangannya di Indonesia/Nusantara, kitab al-Hikam juga diterjemah oleh Kiai Haji Muhammad Shalih ibn Umar al-Samarani, namun hanya 134 dari 264 aporisme dengan menggunakan Arab Pegon dan Bahasa Jawa. Ulama Indonseia/Nusantara laiinya yang memberikan perhatian khusus kepada kitab al-Hikam yaitu Syeikh Muhammad Nawawi al-Bantani, yaitu dengan memberikan syarah.

Satu lagi yang penting dari tarjamah mushannif, adalah ciri pemikiran tasawwuf Ibnu ‘Athaillah dalam kitab al-Hikam. Adapun cirinya adalah tidak meninggalkan tanggung jawab keduniawian; tidak mengabaikan syari’at; zuhud dalam arti mengosongkan hati dari yang selain Allah; tidak bergantung kepada dunia pada harta yang dimilikinya; menjembatani antara kekeringan sprirituan yang dialami orang yang hanya sibuk dengan urusan duniawi dengan sikap pasif yang banyak dialami para salik; melatih dan membersihkan jiwa sesuai dengan ketentuan Allah. Selain itu, pemikiran Ibnu ‘Athaillah juga terkait Uzlah, Khalwah, dan Ma’rufat. Uzlah menurut Ibnu ‘Athaillah adalah pemutusan hubungan maknawi, bukan hakiki, dengan makhluk. Sedangkan Khalwah adalah perendahan diri di hadapan Allah dan pemutusan hubungan dengan selain Allah. Dan menuju ma’rifat, Ibnu ‘Athaillah membaginya membagi dua, yaitu Mawahib (Tuhan memberikannya tanpa usaha), dan Makasib (ma’rifat akan diperolehnya dengan usaha keras).

Kajian ini diikuti oleh puluhan peserta yang tidak hanya berasal dari kalangan mahasiswa UIN, namun juga di luar UIN. Selain itu, respon positif diberikan oleh para peserta. Banyak pertanyaan yang diajukan oleh peserta kepada pembicara, terutama terkait sisi sufistik dalam kitab. Banyaknya simpatisan dalam kajian ini juga dipengaruhi oleh sepak terjang Fahruddin Faiz dalam kajian-kajian youtobenya yang popular.

Selanjutnya, setelah kurang lebih satu jam kajian tersebut terlaksana. Nafisatul sebagai moderator dalam acara tersebut menyampaikan terimakasih atas partisipasi peserta dan dilanjutkan dengan penutupan. Kajian ini bisa dinikmati secara langsung dalam akun youtobe resmi Tim Media FUPI.