Mewujudkan Karakter Mahasiswa FUPI yang Idealis, Analitis dan Humanis

Yogyakarta – Mahasiswa baru fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam melanjutkan kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) pada hari Rabu, 23 Agustus 2023. Pembukaan acara PBAK fakultas dilaksanakan di depan gedung Prof. H. A. Mukti Ali, M. A (Perpustakaan) yang dihadiri oleh para pimpinan fakultas dan ketua bagian tata usaha.

Prof. Dr. Inayah Rohmaniyah S.Ag., M.Hum., MA. membuka PBAK fakultas dengan menyelipkan pesan kepada mahasiswa baru untuk menjadi “pemikir yang bebas tetapi tetap bermoral dan mengikuti peraturan”, sebab kebebasan yang dimiliki seseorang akan selalu bersinggungan dengan kebebasan orang lain.

Sosialisasi materi kefakultasan yang dilakukan di teatrikal FUPI menjelaskan mengenai segala aspek yang dibutuhkan mahasiswa dalam menjalankan proses pembelajaran nantinya, juga mengenalkan berbagai prestasi akademik yang diraih, mulai dari persentase peminat pendaftar yang terus naik, aktif melahirkan professor setiap tahun, sampai pada program studi yang sudah terakreditasi internasional

Tidak hanya berfokus pada integritas keilmuan, mahasiswa baru juga ditekankan pada moralitas dan inklusivitas.

Membangun karakter yang inklusif dimulai dengan menyadarkan diri kita terhadap kegelisahan yang harus selalu ada. Keresahan yang kita pikirkan akan membawa diri kepada keingintahuan untuk terus belajar. Muhammad Iqbal Aqnaf, MA. selaku pemateri menyampaikan “pentingnya mengenali diri sendiri sebagai bentuk kelestarian hidup yang dapat meningkatkan spiritualitas”, sehingga dapat menghindari konflik sosial yang menyebabkan eksklusifitas.

Sebagai contoh inklusivitas, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta merupakan bentuk nyata pendidikan yang memfasilitasi mahasiswa yang memiliki “kemampuan” berbeda.

Penyediaan sarana dan prasarana yang ramah difabel (Different Ability) dan penyediaan pembelajaran inklusif diperlukan untuk menghilangkan perbedaan hak pendidikan. Meta Puspitasari, MA. menyampaikan kurangnya kesadaran banyak orang terhadap para penyandang disabilitas, padahal para “difabel hanya perlu ruang, kesempatan dan kepercayaan” yang sama dalam menjalankan kehidupan.

Setiap mahasiswa harus memiliki kesadaran yang tinggi terhadap pentingnya kesetaraan hak dan mengetahui kewajiban yang harus didahulukan, sehingga tercipta lingkungan yang dinamis dengan perwujudan karakter yang inklusif.*Rif’atul Maula