Nama saya Elicia Eprianda, saya merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara. 18 tahun yang lalu saya dilahirkan dari keluarga yang sederhana, tepatnya di Kota Takengon sebuah kota kecil yang berada di dataran tinggi Gayo Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh. Ayah saya adalah seorang petani dan ibu saya adalah seorang guru. Mengenai pendidikan, orang tua saya adalah sosok yang sangat peduli terhadap pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Saya memiliki dua orang kakak perempuan, kakak pertama saya sudah menyelesaikan pendidikan S1 nya dan sekarang sudah menjadi seorang guru Bimbingan dan Konseling yang mengajar di SMA sama seperti ibu saya.
Sedangkan kakak kedua saya juga sudah menyelesaikan pendidikannya sebagai seorang Sarjana Psikologi, yang kini bekerja di salah satu stasiun televisi swasta di Aceh. Kedua kakak saya selalu mendukung dan menekankan bahwa saya harus jauh lebih hebat dalam meraih impian saya untuk membahagiakan kedua orang tua. Di samping itu, saya sangat berharap prestasi yang saya torehkan dapat bermanfaat bagi semua orang baik di lingkungan keluara, sekolah, Aceh sebagai tanah kelahiran saya, dan Indonesia negeri kebanggaan saya.
Saya lulusan SMAN 1 Takengon angkatan 2020 di Kabupaten Aceh Tengah. Selama 12 tahun mengenyam pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, hari ini saya telah dinyatakan lulus, dan diharuskan untuk melangkah sebagai generasi maju. Sedikit bercerita, selama masa SMA saya sangat aktif mengikuti berbagai ekstrakulikuler di luar kelas seperti marching band, menari, dan mengikuti berbagai event budaya kesenian yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah. Semuanya saya ikuti untuk mencari relasi dan pengalaman menarik bersama teman-teman.
Pada masa SMA, saya juga bukan murid paling pintar di kelas. Namun saya menikmati momen duduk bersama buku-buku pelajaran, menyingsingkan lengan untuk mengerjakan segala tugas yang diberikan guru dan mengulang ringkasan materi prediksi soal ujian yang selalu menantang cara saya berpikir. Saya adalah anak IPA yang begitu menyukai sains, karena bagi saya ilmu sains dapat membuat individu memecahkan masalah yang dihadapi melalui segala prosesnya. Hal tersebut membuat saya berinisiatif memanfaatkan ilmu sains tersebut dengan melakukan penelitian agar tidak hanya digunakan dikelas saja sebagai teori tanpa praktik.
Begitu banyak perjuangan yang saya hadapi dalam mencapai hal yang saya inginkan. Saya selalu bertekad ketika saya sudah memulai sesuatu maka harus mengerjakannya hingga selesai, dan saat itu juga lika-liku perjuangan dimulai. Saya meminta bimbingan pada seorang guru kimia, yang mana beliau adalah pembimbing kakak saya sewaktu mengikuti lomba penelitian dulunya.
Saya mencoba bereksperimen dengan menguji biji kopi yang dipermentasikan dengan air tape untuk meningkatkan cita rasa kopi arabika, yang telah saya teliti disela waktu luang selama 3 bulan lamanya, dengan bahan penelitian itu saya mencoba mengikuti perlombaan ISPO (Indonesian Science Project Olympiad) pada akhir tahun 2018. Mulai dari mengerjakan proposal, melakukan pengujian kandungan biji kopi, pengaruh kadarnya, hingga manfaat dari penelitian tersebut untuk masyarakat luas, semuanya saya uji di laboraturium dengan ketelitian penuh hingga larut malam. Namun, pada saat itu saya belum mendapat kesempatan untuk menjadi peserta. Saya dinyatakan tidak lulus seleksi. Persaingan yang sulit dan masih harus melakukan pembenahan proposal, membuat saya harus berusaha lebih giat. Meski ada sedikit kekecewan, namun saya tidak pernah menyerah.
Saya terus lanjut dan berusaha menerima kenyataan. Saya selalu mengatakan kepada diri saya bahwa “Allah pasti gantikan yang lebih baik. Allah mengetahui sedangkan saya tidak.” Saya berusaha meningkatkan kualitas, melanjutkan penelitian baru dengan membaca jurnal-jurnal ilmiah agar dapat membantu saya menyelesaikan jurnal dengan baik. Saya melanjutkan penelitian tentang buah andaliman yang banyak tumbuh di daerah saya, untuk dijadikan sebagai pengganti formalin alami pada ikan karena di dalamnya terdapat kandungan terpenoid yang berfungsi sebagai anti mikroba. Pada tahun 2019 saya mencoba mengikuti sebuah ajang perlombaan lain, yaitu OSPC (Online Science Project Competition) yang diselenggarakan oleh lembaga IYSA (International Young Scientist Association). Terdapat ribuan peserta yang mendaftar pada saat itu dengan penelitian yang sangat menarik. Saya tidak tahu apakah saya berhasil lulus dalam ajang tersebut pada saat itu, namun saya tetap mengusahakan penelitian itu dengan mengujikannya di laboratorium berulang kali hingga hasilnya maksimal, dan membuat jurnal yang relevan dengan hasil penelitian saya dengan dibantu oleh guru pembimbing.
Melalui do’a dan kesungguhan hati, saya percaya pada ketetapan Allah. Saya tidak menyangka rencana Allah begitu indah, perjuangan yang siang malam saya usahakan selama berbulan lamanya ternyata membuahkan hasil. Saya dinyatakan lulus seleksi, saya berhasil meraih medali emas dalam ajang OSPC tingkat nasional, dengan jurnal penelitian terbaik pada bidang biologi/life science yang mana di seleksi langsung oleh Bpk. Slamet Budi Cahyono, S.pi, M.Sc, seorang staf ahli research IYSA. Melalui kemenangan ini saya dinyatakan lulus seleksi peneliti muda Indonesia untuk bersaing di tingkat Internasional di Kuala Lumpur Malaysia dalam ajang IYSIE (International Young Scientist Association) yang diselenggarakan oleh MYSO (Malaysia Young Scientist Organisation) melawan 10 negara ASEAN. Kemudian Pada bulan Juli tahun 2019 saya pun berangkat ke Malaysia didampingi guru pembimbing saya untuk mempresentasikan hasil penelitian tersebut dan harus melawan 200 projek penelitian dari 10 negara lainnya. Alhamdulillah melalui presentasi saya di Malaysia, Saya pun kembali berhasil meraih kemenangan dengan mendapatkan medali emas untuk kedua kalinnya.
Saya sangat bersyukur, pada akhirnya usaha yang saya lakukan dapat membawa nama Indonesia di kancah Internasional, terkhususnya dalam bidang penelitian, sebagai anak bangsa yang memang seharusnya berkontribusi menciptakan karya-karya baru, yang mana hasilnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Melalui kemenangan inilah saya diberikan apresiasi penghargaan dari Bupati Aceh Tengah pada malam resepsi HUT RI Ke-74 sebagai Peraih Medali Emas Tingkat Internasional di Kuala Lumpur Malaysia dalam ajang IYSIE’19. Saya juga diundang dan diminta untuk menjadi pembicara motivasi di RRI Aceh Tengah dan beberapa lembaga les private untuk menceritakan semua pengalaman saya bisa meraih medali emas tersebut agar anak-anak Aceh dapat termotivasi melakukan penelitian kembali dengan memanfaatkan fasilitas yang ada.
Di tahun yang sama, pada bulan September 2019 saya mencoba lagi mengikuti perlombaan karya tulis ilmiah NIPC (National Invention Project Contest) yang diselenggarakan lembaga ISS (Indonesia Scientific Society), dari perlombaan ini saya pun kembali meraih juara II tingkat nasional, dan mendapat plot tim untuk mewakili Indonesia pada ajang internasional di Hongkong yang diadakan pada bulan maret tahun 2020. Namun, adanya pandemi Covid-19 membuat acara tersebut harus dibatalkan mengingat kondisi yang tidak memungkinkan bagi para peserta untuk mengikuti acara tersebut. Meskipun demikian, kemenangan tersebut membawa saya diundang kembali untuk menerima penghargaan dari Gubernur Aceh sebagai Pemuda Aceh Berprestasi dalam rangka Sumpah Pemuda Ke-91.
Sebagai generasi muda yang akan mengisi pembangunan kedepan dan menghasilkan karya-karya baru khusunya dalam bidang penelitian, membuat saya juga tertarik untuk memahami fenomena sosial yang ada dalam masyarakat. Sehingga saya ingin melanjutkan penelitian itu di ranah sosial, agar saya tidak hanya memahami tentang sains saja, melainkan juga pada bidang sosial yang membahas tentang aspek kehidupan bermasyarakat.
Oleh sebab itu saya memilih jurusan Sosiologi Agama saat ini di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saya tertarik masuk di program studi ini karena saya tahu bahwa Sosiologi Agama adalah ilmu yang sifatnya dinamis yang memang mengkaji berbagai fenomena sosial, isu-isu sosial, problem sosial, begitupun kekerasan dan agama, yang nantinya Sosiologi Agama ini mampu mencetak generasi muda yang peka terhadap realita dan fakta sosial yang ada di depan mata. Belajar tentang Sosiologi Agama artinya belajar tentang kehidupan dan fenomena sosial, dimana didalamnya terbangun interaksi, keberagaman, sikap toleransi, dan masih banyak aspek lainnya. Dengan mempelajari ilmu ini, artinya saya telah mempelajari salah satu sendi pendidikan. Bagi saya studi tentang Sosiologi Agama dapat diwujudkan dengan banyak cara seperti melakukan penelitian, dan memberikan pendidikan. Saya dapat mengajarkan orang lain tentang menelaah fenomena sosial yang terjadi dikehidupan masyarakat sebagai warga negara Indonesia. Melalui ilmu Sosiologi Agama, saya berharap dapat menjadi pemuda yang membawa perubahan pada bangsa.
Dari ini saya percaya mewujudkan generasi unggul kebanggaan Indonesia bukanlah perkara yang mudah apabila dilakukan tanpa kesungguhan. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk merealisasikannya adalah dengan terus belajar dan membentuk diri menjadi pribadi yang berprestasi dan terus mengabdi untuk bumi pertiwi. Saya percaya keinginan yang digapai dengan segala bentuk kebaikan dalam menimba ilmu dapat diwujudkan asal terus sepakat dengan diri untuk terus menggali ilmu itu sendiri.