Dilihat 0 Kali

05_727_Foto Berita.png

Rabu, 04 Juni 2025 08:51:00 WIB

Bedah Buku Ji Untold Story Mengupas Perjalanan Jemaah Islamiyah di Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam


Yogyakarta, 3 Juni 2025 – Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam menggelar acara bedah buku Ji Untold Story: Perjalanan Jemaah Islamiyah pada hari Selasa, 3 Juni 2025, di Teatrikal Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. Acara ini berlangsung penuh semangat, mengupas secara mendalam sejarah, perkembangan, hingga pembubaran sukarela Jemaah Islamiyah (JI) dengan perspektif yang kaya dan beragam dari para narasumber ahli.

Acara ini dihadiri oleh Khoirul Anam (Staf Khusus Kadensus 88), Dr. Munawar Ahmad S.S., M.Si (Wakil Dekan II Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam), Solahudin (Pakar Terorisme), dan Para Wijayanto (Eks Amir Jemaah Islamiyah). Diskusi yang berlangsung menghadirkan sudut pandang yang komprehensif tentang transformasi JI, dari ideologi radikal hingga langkah pembubaran organisasi.

Khoirul Anam menyoroti pendekatan Densus 88 dalam menangani JI. “Pada akhirnya, Densus 88 melakukan pendekatan tanpa kekerasan fisik, melainkan melalui dialog dengan Jemaah Islamiyah. Pembubaran JI penting untuk dipahami, bukan dihakimi,” ungkapnya. Pendekatan humanis ini menjadi sorotan penting dalam diskusi, menekankan pentingnya dialog untuk meredam konflik.

Sementara itu, Dr. Munawar Ahmad menawarkan perspektif akademik dengan memperkenalkan teori neo-radikalisme. “Radikalisme ada dua bentuk, yakni radikalisme kolektif dan radikalisme lone-wolf. Kami menawarkan cara baca untuk memahami terorisme melalui berbagai teori,” jelasnya. Pendekatan ini memberikan kerangka teoritis untuk memahami dinamika radikalisme secara lebih mendalam.

Solahudin, sebagai pakar terorisme, memaparkan transformasi signifikan dalam tubuh JI. “JI telah melakukan perubahan, baik dalam perilaku kekerasan maupun ideologi, dari radikal menuju Pancasila. Mereka juga merombak organisasi dengan membubarkan diri dan mengevaluasi kurikulum pesantren,” ungkapnya. Pernyataan ini mencerminkan langkah JI untuk berintegrasi kembali ke dalam nilai-nilai nasional.

Para Wijayanto, Eks Amir JI, turut berbagi pengalaman pribadi dengan menyoroti empat perilaku JI yang tidak dapat ditoleransi: ghulu (ekstrem dalam mengkafirkan), harb (terorisme), radikalisme (keinginan mengubah negara menjadi syariat Islam), dan kekerasan (seperti mutilasi tiga siswa GKT Kristen di Poso). “Perilaku ini tidak dapat dibenarkan dan harus dihentikan,” tegasnya.

Acara ini juga dimeriahkan dengan persembahan seni Tari Sekar Ganjer yang memukau, menambah semarak suasana. Para peserta, yang terdiri dari mahasiswa, akademisi, dan masyarakat umum, tampak antusias mengikuti diskusi yang tidak hanya informatif, tetapi juga menginspirasi untuk memahami dinamika sosial dan ideologi secara kritis.

Acara bedah buku ini menjadi wujud komitmen Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam dalam mendorong diskusi intelektual yang konstruktif, sekaligus memperkuat pemahaman tentang pentingnya pendekatan dialogis dan inklusif dalam menyikapi isu-isu sensitif seperti radikalisme dan terorisme.

 Reporter: Tim Media-Naufal Fillah Attaqy