Dilihat 0 Kali

05_907_IMG_9798 (1).jpg

Kamis, 15 Mei 2025 18:59:00 WIB

Upacara Hari Suci Waisak 2569 BE di Candi Borobudur: Spiritualitas, Budaya, dan Pendidikan Damai untuk Semua Manusia

Magelang, 12 Mei 2025 – Hari Waisak merupakan momen sakral yang diperingati oleh umat Buddha di seluruh dunia untuk mengenang tiga peristiwa agung dalam kehidupan Sang Buddha Siddharta Gautama, yaitu kelahiran, pencerahan (Bodhi), dan wafatnya (Parinibbana). Ketiga peristiwa tersebut diyakini terjadi pada bulan purnama di bulan Vesakha, yang menjadi penting dalam kalender spiritual umat Buddha. Di Indonesia, sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai keimanan dan keragaman agama, Hari Waisak ditetapkan sebagai hari libur nasional. Penetapan ini tidak hanya memberikan ruang bagi umat Buddha untuk menjalankan ibadah secara khusyuk, tetapi juga menunjukkan penghormatan negara terhadap keragaman keyakinan yang hidup dalam masyarakat.

Perayaan Waisak di Indonesia memiliki keunikan tersendiri. Selain sarat dengan nilai spiritual, ritual ini juga kaya akan unsur budaya lokal dan semangat toleransi antarumat beragama. Salah satu pusat perayaan yang paling megah dan sarat makna adalah Candi Borobudur, candi Buddha terbesar di dunia yang menjadi simbol kejayaan spiritual dan warisan budaya bangsa. Rangkaian perayaan dimulai dengan kegiatan sosial seperti donor darah, pembagian sembako, dan pelayanan kesehatan gratis sebagai wujud nyata ajaran cinta kasih (maitri) dan kasih sayang terhadap sesama makhluk (karuna).

Ritual utama mencakup pengambilan Api Dharma dari Mrapen sebagai lambang pencerahan, dan pengambilan Air Berkah dari Umbul Jumprit di Temanggung yang melambangkan kemurnian dan kesucian. Air tersebut kemudian dipercikkan kepada umat sebagai simbol pembersihan diri dari kekotoran lahir dan batin. Puncak acara berlangsung di pelataran Candi Borobudur, di mana umat Buddha berkumpul untuk bermeditasi, berdoa, dan merenungkan ajaran Sang Buddha.

Salah satu momen paling memikat dan penuh makna dalam perayaan Waisak adalah pelepasan lampion ke langit malam. Ribuan lampion yang diterbangkan secara bersamaan tidak hanya menciptakan pemandangan yang indah dan magis, melainkan juga membawa makna mendalam sebagai simbol harapan, doa, dan niat suci umat manusia untuk membangun kehidupan yang lebih damai dan penuh kebijaksanaan. Setiap lampion yang melayang tinggi ke angkasa menggambarkan semangat untuk melepaskan diri dari kegelapan batin dan menjadi cahaya bagi sesama, menebarkan kebaikan di tengah dunia yang penuh tantangan. Tradisi ini bukan hanya menarik perhatian umat, tetapi juga wisatawan dari berbagai penjuru dunia yang turut merasakan nuansa spiritual dan estetika dalam perayaan tersebut.

Selain menjadi peristiwa religius dan budaya, Waisak juga memiliki nilai edukatif yang penting, khususnya bagi generasi muda. Melalui keterlibatan mereka dalam kegiatan sosial serta partisipasi dalam prosesi dan doa, Waisak menjadi sarana pembelajaran nilai-nilai kehidupan yang esensial. Anak-anak dan remaja diajak untuk memahami pentingnya pengendalian diri, pengelolaan emosi, kebijaksanaan dalam bertindak, tanggung jawab, serta kepedulian terhadap makhluk hidup dan lingkungan. Pendidikan seperti ini sangat relevan dalam membentuk kepribadian, moral, serta spiritual generasi muda. Waisak, dengan segala rangkaian acaranya, menjadi ruang yang hidup untuk menanamkan semangat perdamaian, toleransi, dan cinta kasih universal dalam diri setiap individu.

Pada perayaan Waisak Nasional 2569 BE yang jatuh pada tanggal 12 Mei 2025, tema yang diusung adalah “Tingkatkan Pengendalian Diri dan Kebijaksanaan, Wujudkan Perdamaian Dunia”, dengan subtema “Bersatu Mewujudkan Damai Waisak untuk Kebahagiaan Semua Makhluk.” Tema ini mengajak seluruh umat untuk membumikan nilai-nilai luhur ajaran Buddha dalam kehidupan modern. Waisak bukan hanya menjadi perenungan atas masa lalu, tetapi juga ajakan untuk bertindak dalam menciptakan masa depan yang lebih baik, yakni masa depan yang diwarnai oleh harmoni, kebijaksanaan, dan cinta kasih terhadap semua makhluk tanpa terkecuali.

Dengan perpaduan antara khidmatnya ibadah, kedalaman spiritualitas, kekayaan budaya lokal, kemegahan simbolik seperti pelepasan lampion, serta nilai-nilai edukatif yang terkandung di dalamnya, perayaan Hari Suci Waisak di Candi Borobudur menjelma menjadi peristiwa yang menyatukan dimensi keagamaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Di tengah dunia yang sering dilanda konflik dan perpecahan, Waisak mengingatkan kita bahwa cahaya pencerahan dan perdamaian selalu dimulai dari dalam diri. Dari sanalah ia menyebar ke seluruh dunia.

Tim Media – Zulfian