Pembicara Internal Maupun Luar Negeri Turut Meriahkan Acara USICON ke 5 Hari Ini

USICON – USICON ke 5 sesi 2 kali ini dilaksanakan tanggal 28 Juli 2021 pada jam 08.30 WIB dengan zoom meeting. Selaku moderator, Fadhli Lukman membuka acara dengan basmallah dan memperkenalkan satu persatu narasumber. Narasumber pada pertemuan kali ini yakni Assoc. Prof. Muhammad Ali, M.Sc., Ph. D. dari University of California, Dr. Phil. Sahiron, M.A. dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Subkhani Kusuma Dewi, M.A. dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. Dian Nur Anna, S.Ag., M.A. dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. Munawar Ahmad, S.S., M.Si. dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan terakhir Shoaib Ahmed Malik dari Zayed University College of Natural and Health Science.

Turut hadir Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, Dr. Inayah Rohmaniyah S.Ag., M.Hum. beserta pimpinan fakultas yakni Wakil Dekan I, II, dan II. Tidak kalah dengan hari pertama, hari kedua justru acara lebih meriah dengan partisipan mencapai 140 orang lebih yang berasal dari internal UIN maupun dari luar UIN.

Selaku pembicara pertama, Sahiron menyampaikan tema Al-Qur’an as Shifa (Healing) yakni fungsi Al-Qur’an sebagai penyembuh. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam QS. Al-Isra’: 82. Sejalan dengan yang termuat dalam ayat Al-Qur’an, Ar-Razi sebagai filsuf muslim menyatakan bahwa sebagai penyembuh, Qur’an memiliki dua peranan yakni penyembuh jasmani maupun rohani. Adapun penyakit rohani yang dimaksud berkaitan dengan keyakinan yang salah dan akhlak yang buruk.

“Lalu dengan apa kita bisa sembuh dari penyakit rohani? Menurut Ar-Razi, dengan mendengarkan bacaan Qur’an saja bisa menyembuhkan penyakit. Lalu bagaimana degan penyakit jasmani? Dalam proses penyembuhan penyakit jasmani (Al-Alusi), kita ditekankan untuk membaca surat al-Fatihah dan 6 ayat yang berhubungan dengan kesehatan. Kita juga dianjurkan untuk membaca “salam qaulan mirn rabb Rahim” sebanyak 280 kali sehari dapat menyembuhkan dari penyakit (al-Suyuti).” Kata Sahiron.

Al-Qur’an sebagai penyembuh atau Shifa ini tidak ditemukan dalam beberapa tafsir seperti misalnya tafsir Mu’tazilah seperti al-Zamakshyari. Tetapi dalam tafsir lain benar adanya dan inilah yang akhirnya menjadi dasar tradisi doa bersama.

Selanjutnya pemaparan yang disampaikan Muhammad Ali berkenaan dengan pentingnya refleksi doktrin keagamaan di era pandemi seperti saat ini. Dengan ini, agama bisa berperan sebagai aktor mediasi konflik dan solusi.

Seiring dengan pandemi yang mempengaruhi semua praktik-praktik keagamaan dari semua agama yang ada di dunia, bukan hanya Islam maka semua agama memiliki tantangan yang sama. Mereka harus menyesuaikan diri dengan perkembangan dunia baru yang ditimbulkan oleh Covid-19.

“Apalagi setelah agama disandingkan dengan sains, lalu bermunculan isu-isu yang hangat tentang bagaimana hubungan sains dengan agama; manakah yang harus dipercaya? Sains ataukah agama? Pertanyaan-pertanyaan ini bermunculan yang kemudian menjadi diskusi publik.” Paparnya.

Di akhir pembicaraannya, Muhammad Ali menyampaikan kegelisahannya terutama dengan munculnya krisis kepercayaan bahkan dari masyarakat beragama dengan sains dan pemerintah dalam penanggulangan krisis yang ditimbulkan karena Covid-19.

Untuk lebih lengkapnya, acara ini bisa dilihat pada kanal youtube TIM MEDIA FUPI. *Rosi