Tarik Ulur Pancasila Tema Diskusi Webinar Seri ke2 Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam

Tema Pancasila merupakan tema hangat yang berkembang di masyarakat. Kenyataan membuktikan bahwa terjadi maraknya tarik ukur di masyarakat dalam menafsirkan Pancasila. Hal tersebut dijadikan tema diskusi menarik di lingkungan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada hari Jum'at 19 Juni 2020.
Dalam kesempatan di atas dipaparkan beragam isu menarik di seputar Pancasila dalam kehidupan keseharian. Isu-isu tersebut antara terkait UU HIP yang pembahasan telah dipanding pemerintah dan isu khilafah serta Pancasila sendiri bagi bangsa Indonesia. Ada empat narasumber yaitu Prof. Dr. H. Muhammad, M.Ag. Guru Besar Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. Phil. Sahiron, MA. Rektor UIN Sunan Kalijaga dan Ketua Asosiasi Imu al-Qur'an dan Tafsir Indonesia (AIAT), Dr. H. Muhammad Alfatih Suryadilaga S.Ag. M.Ag. Kaprodi Ilmu Hadis UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta selaligus ketua Asosiasi Ilmu Hadis Indonesia (ASILHA) dan Dr. Muti'ullah Hamid, M.Hum Alumnus Doktor Filsafat UGM dan Dosen Prodi AFI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Keempat narsum tersebut dipandu oleh Siti Khodijah Nurul Aula, S.Th.I.,M.Ag dosen Prodi SAA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Pancasila sebagai bagian kesepakatan bersama pendiri bangsa merupakan hasil renungan yang mendalam sesuai dengan konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Keberadaan Pancasila tidak dapat dipertentanglan dengan ajaran agama termasuk dengan Islam. Pancasila di dalamnya sesuai dengan prinsip utama dalam Islam. Bahkan menurut Rektor UIN, Sahiron Pancasila merupakan bagian ijtihad yang dilakukan pada masa Rasulullah saw. yang telah mempersatukan seluruh komponen masyarakat di Madinah melalui Piagam Madinah. Pancasila merupakan sesuatu yang ma'ruf bagi kalangan bangsa Indonesia. Hal ini sesuai juga dengan prinsip muamalah dalam al-Qur'an.
Pancasila menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Atas dasar inilah seharusnya para simpatisan HTI dan eks khilafah agar tidak lagi menyuarakan kampanye khilafah lagi. Hal ini sangat potensial menjadi duri dalam daging NKRI dan perlu kewaspadaan semua komponen bangsa. Literasi Media menjadi bagian yang penting. Hal tersebut disampaikan Muhammad Alfatih Suryadilaga Ketua Asosiasi Ilmu Haids Indonesia dalam menanggapi gencarnya dan propoganda yang ada di media. Sehingga kaum muda yang mampu memahami ajaran Islam yang benar dan sekaligus tidak terjebak pada gerakan tertentu yang bertentangan dengan Pancasila. (MAS).