Yogyakarta, 15 April 2025 – Dalam suasana penuh kehangatan pasca-Idulfitri, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam (FUPI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menggelar acara Syawalan dan Halal bi Halal pada hari Selasa, 15 April 2025. Kegiatan ini berlangsung sejak pukul 09.00 WIB hingga waktu makan siang dan dihadiri oleh seluruh civitas akademika FUPI, baik dosen maupun tenaga kependidikan. Kehadiran beberapa dosen yang telah purnatugas menambah makna dan keakraban dalam acara tahunan ini.
Acara dibuka secara resmi oleh Dekan FUPI, Prof. Dr. Robby Habiba Abror, yang menyampaikan pentingnya merawat tradisi Syawalan sebagai bagian dari budaya akademik yang mengakar dalam nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.
Setelah pembukaan, acara dilanjutkan dengan Ikrar Syawalan, sebuah momen simbolik yang menjadi refleksi untuk saling memaafkan dan mempererat persaudaraan antar warga fakultas. Nuansa kebersamaan semakin dalam dengan hadirnya Prof. H. Amin Abdullah, yang memberikan nasihat Syawalan penuh makna dan refleksi mendalam.
Dalam petuahnya, Prof. Amin mengingatkan pentingnya menjaga nilai-nilai lama yang tetap relevan, sebagaimana prinsip al muhafadzoh ‘ala al-qadimi as-shalih. Ia menekankan bahwa silaturahmi bukan sekadar ritual, tetapi hakikatnya adalah menjaga hubungan dengan orang-orang terdahulu, khususnya para sesepuh.
Menanggapi situasi efisiensi yang sering membawa nuansa sedih atau cemas, Prof. Amin mengajak semua pihak untuk tetap tenang. "Tidak perlu bersedih berlebihan. Dalam hidup, ada naik-turun. Yang penting bukan sekadar output, tapi outcome yang berdampak," ujarnya. Ia mengingatkan bahwa banyak hal kecil sering kali menyita perhatian, padahal tidak semuanya berdampak besar.
Menariknya, beliau menyamakan momen Ikrar Syawalan dengan prosesi pelantikan jabatan: sebuah komitmen untuk terus memberi manfaat, baik dalam kondisi senang maupun sulit (ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ). Ia menekankan pentingnya memiliki "abundant mentality"—mentalitas kelimpahan—yang tetap fokus pada hal-hal besar dan berdampak, meskipun dalam suasana efisiensi.
Dalam penutupnya, Prof. Amin mengutip nilai luhur dari Al-Qur’an, وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ, seraya mengingatkan bahwa seorang pemimpin sejati tidak sepatutnya menunjukkan amarah di depan umum. Kepemimpinan harus dilandasi ketenangan dan kejernihan hati.
*Tim Media-Hasna