Rumah Gender FUPI
Rumah Gender Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam (FUPI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyelenggarakan acara seminar dengan tema ‘Women, Conflict, and Peace’ pada hari Senin, 28 Oktober 2024 bertempat di Ruang Teatrikal Gedung Kuliah Terpadu UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Acara dibuka oleh ketua panitia, Afifur Rochman Sya’roni, M.A yang menyampaikan bahwa konteks kekerasan saat ini bukan hanya untuk laki-laki sedangkan korban atas kekerasan adalah perempuan. Namun, saat ini justru perempuan juga bisa menjadi pelaku dari kekerasan. Perlu membedah peran perempuan dalam interseksi kekerasan dan dapat dipandang dari tiga isu besar seperti isu radikalisme, isu perang global, dan tentunya pendekatan agama.
Selain itu, sambutan dari ketua Rumah Gender FUPI, Nur Afni Khafsoh, M.Sos, yang memperkenalkan sekilas mengenai sejarah berdirinya Rumah Gender FUPI. Lembaga ini dibentuk dari keresahan mengenai adanya ketimpangan sosial laki-laki dan perempuan serta pentingnya keadilan sosial bagi semua kalangan baik perempuan maupun laki-laki. Beliau mengajak hadirin semua untuk memperagakan slogan Rumah Gender FUPI yaitu ‘Empati, Kritis, Transformatif’ yang diikuti oleh seluruh hadirin.
Para Pematrei yang dihadirkan berasal dari keahlian dan bidang yang berbeda-beda namun dimaksudkan untuk memberikan gambaran isu dari berbagi perspektif. Pembicara pertama adalah Prof. Inayah Rohmaniyah, S.Ag., M.Hum., M.A yang menjelaskan konflik dalam perempuan dengan pendekatan radikalisme. Beliau menyorot keterlibatan perempuan dalam aksi-aksi terorisme yang dilakukan oleh perempuan-perempuan. Ekstrimisme ini diakibatkan karena kaitan antara ideologi, agama, dan fanatisme. Gerakan ini justru banyak terjadi di kampus-kampus umum yang tidak berbasis agama. Hal ini karena nalar kritis beragama yang lemah sehingga mudah untuk dimasuki paham ekstremisme.
Dr. Diah Kusumaningrum dari prodi Hubungan Internasional, Universitas Gajah Mada menyampaikan perempuan, perang, dan perdamaian dengan pendekatan metodologi feminis yaitu pluriversalitas, interseksionalitas, dan posisionalitas. Beliau menggambarkan bagaimana keterlibatan perempuan dalam upaya perdamaian perang melalui misi perdamaian dari PBB. Beliau menjelaskan juga mengenai perang di Aceh yang memberikan trauma yang lama dan mendalam bagi perempuan di Aceh. Hal ini menjadi penting bahwa perang selalu membawa luka yang mendalam dan dampak traumanya langgeng.
Pembicara terakhir adalah Sri Savitri Octavianti, S.S., M.Sc dari Focolare Movement yang membawa isu ini dari perspektif agama dan perdamaian. Beliau mencontohkan praktik-praktik baik sehari-hari untuk memberikan kebaikan bagi lingkungan. Perspektif perempua dalam agama digambarkan dari sosok Bunda Maria yang merupakan perempuan agung yang mengajarkan kasih sesama. Perdamaian ini bisa diwujudkan melalui dialog dan slaing memahami serta promosi perdamaian.
Acara dilanjukan dengan diskusi dan penutup. Acara ini menjadi acara tahunan Rumah Gender FUPI di samping kegiatan-kegiatan lain seperti diskusi rutin, pembuatan podcast, pencegahan kekerasan seksual, serta program-program lainnya. Semoga acara ini bermanfaat dan membawa perubahan ke arah yang lebih baik lagi. Rumah Gender ‘Empati, Kritis, Transformatif’.
Ditulis oleh : Hanifah Ahmad
28 Oktober 2024