Transformasi Keuangan dan Spiritualitas: FUPI Gelar Workshop Entrepreneurship untuk Mewujudkan Generasi Muda Melek Finansial

Pada 31 Januari 2024, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam (FUPI) bekerjasama dengan Lampu Merapi menyelenggarakan workshop enterpreneurship dengan fokus pada tema “Menjadi Generasi Muda yang Melek Finansial dan Launching Beasiswa BLN (Bahana Lintas Nusantara)”. Acara ini merupakan bagian dari serangkaian kegiatan pengembangan fakultas yang sejalan dengan visi Fakultas Ushuluddin, yaitu menjadi unggul dan terkemuka dalam menggabungkan dan mengembangkan studi keushuluddinan dan keilmuan untuk peradaban. Salah satu aspek penting dari keilmuan ini adalah mencapai kemerdekaan finansial, yang menjadi fokus pembahasan dalam acara tersebut. Workshop ini dihadiri oleh dosen muda dan mahasiswa FUPI, dan salah satu pembicara utama pada kesempatan ini adalah KPA Nicholas Nyoto Prasetyo Dononagoro, pendiri Koperasi BLN.

Nicholas Nyoto Prasetyo mengungkapkan bahwa para anak muda, termasuk dosen, perlu mengubah pandangan mereka terhadap kehidupan ekonomi agar dapat mencapai kebebasan finansial. Penting untuk menghindari pemikiran yang statis (fix mindset) dan lebih memilih pemikiran yang dinamis (grow mindset). Ada beberapa langkah yang perlu diambil, pertama-tama adalah mengubah persepsi terhadap uang, yaitu melihat uang sebagai sesuatu yang tidak merugikan hubungan dengan keluarga atau teman. Jika kita melihat uang secara negatif, maka kemungkinan besar uang tidak akan mendekat kepada kita. Sebaliknya, orang yang melihat uang sebagai sesuatu yang positif cenderung mendekatinya.

Langkah kedua adalah mencapai kedamaian dengan uang, dengan berbicara tentang uang dan melepaskannya untuk tujuan yang bermanfaat. Langkah ketiga melibatkan dimensi spiritualitas dalam kehidupan, dengan berhubungan erat dengan pencipta untuk mencapai kekayaan. Hal ini dikarenakan Tuhan Maha Kaya dan oleh karena itu, kita perlu menjadi kaya untuk mendekat kepada-Nya.

Langkah terakhir, yang keempat, untuk mencapai kebebasan finansial adalah melalui investasi atau, sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Nico, "menabur". Meskipun banyak orang tidak sependapat dengan konsep investasi, namun hal ini memiliki signifikansi yang besar. Pendidikan konvensional cenderung mendorong pola pikir untuk menabung daripada menanam modal, dengan perumpamaan seperti menabung padi di lumbung dibandingkan menabur benih padi di sawah. Oleh karena itu, hasil yang lebih besar dapat dicapai melalui proses menanam modal. Salah satu kutipan dari Bapak Nico menekankan bahwa kekayaan tidak berkaitan dengan kecerdasan, karena kelimpahan finansial berada dalam ranah kecerdasan, intuisi, atau kreativitas ilahi. Oleh karena itu, seorang entrepreneur akan menemukan hal-hal baru atau berbeda dari yang umumnya ditemui. Keberanian akan membawa seseorang kepada keajaiban, sementara ketakutan akan menghambat kemungkinan mencapainya. *Rosi-Hasna