WORKSHOP KEWIRAUSAAN MAHASISWA USHULUDDIN & PEMIKIRAN ISLAM: “Mahasiswa Ushuluddin Juga Harus Siap Jadi Entrepreneur”
Yogyakarta 5/10/2018. Forum Mahasiswa Studi Islam (FORMASI) Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyelenggarakan Workshop Enterpreneurship dengan tema “Menjadi Pengusaha di Era Digital.” Ketua Formasi, Syukran Jazila mahasiswa program studi Studi Agama Agama (SAA), menjelaskan bahwa tantangan di era digital yang menuntut kreativitas para mahasiswa untuk bisa tetap eksis dan mampu bersaing mendorong FORMASI menyelenggarakan kegiatan yang menghadirkan dua Alumni yang dipandang telah cukup sukses dalam bidang Kewirausahaan. Datang sebagai narasumber Kiai H. Muhammad Nur Hayid, S.Th.I alumni Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam yang dikenal sebagai Dai muda popular dan menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI), dan Muhammad Habib, S.Th.I alumni Tafsir Hadis dari Fakultas yang sama, pendiri NTC English Course. Lembaga ini didirikan di Pare-Kediri, Jawa Timur pada tahun 2001, kemudian mengembangkan sayap di Yogyakarta pada tahun 2003 danhingga saat ini diakui telah memiliki alumni lebih dari 9000 orang. Selain mereke berdua, Alex Fahrur Riza, SE, M.Sc. dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam juga hadir untuk memperkaya keilmuan sesuai dengan keahliannya dalam bidang Marketing dan Human Resource Development.
Dalam sambutannya, ketua Formasi Syukran Jazila menyampaikan bahwa dengan adanya kemajuan dan perkembangan yang pesat dalam teknologi informasi dan komunikasi—atau yang dikenal dengan era digital, mahasiswa diharapkan mampu memanfaatkan dan mengambil bagian dalam perubahan. Salah satunya ialah dengan meengembangkan kreativitas di bidang ekonomi—meski sebenarnya mungkin ada bebarapa anggapan yang mengatakan bagaimana mungkin fakultas ‘pemikir’ mengadakan sebuah pelatihan bisnis—yang notabene identik dengan fakultas ekonomi. “Semakin maju proses globalisasi dan modernisasi, kita dituntut—siapapun orangnya, termasuk orang ushuluddin untuk ikut andil, menjadi peka terhadap perubahan, salah satunya di bidang ekonomi, bisnis, dan pemberdayaan mahasiswa. Maka dengan alasan itu, kami mengadakan acara workshop entrepreneurship ini.” Demikian penjelasan mahasiswa yang akrab dipanggil Azil ini. Ketua FORMASI berharap bahwa dengan terlaksananya acara ini tidak saja kepekaan, pemahaman dan pengetahuan baru, jiwa mandiri, entrepreneurship mentality, melainkan juga bisa melahirkan dan merangsang tumbuhnya forum-forum entrepreneur di lingkup fakultas ushuluddin khususnya dan antar fakultas pada umumnya—sebagai bentuk dari respon terhadap perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi—atau era digital tadi.
Sementara itu wakil dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Dr. Inayah Rohmaniyah M.Hum, MA, menjelaskan bahwa Pimpinan Fakultas sangat mendukung acara tersebut karena sesuai dengan visi, misi dan roadmap bidang kemahasiswaan dan kerjasama untuk meningkatkan softkill mahasiswa dan calon lulusan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam sehingga mampu menjadi pemberdaya masyarakat. Lebih lanjut, Inayah meminta para mahasiswa serius mengikuti acara workshop dan seminar entrepreneuship ini. Sebab, dari data tracer study menunjukkan bahwa alumni fakultas ushuluddin kebanyakan menjadi akademisi (dosen), peneliti, bekerja di berbagai LSM atau menjadi ustad. Namun demikian tidak sedikit dari alumni yang menjadi entrepreneur dan sukses dalam dunia usaha. "Jadi silahkan manfaatkan kesempatan ini, ambil pelajaran dari apa yang disampaikan senior kalian yang sudah sukses ini. Gus Hayid ini sosok dai muda, juga pengusaha dan pengasuh pesantren skill yang layak kalian contoh. Juga mas Habib yang hebat ini, pendiri NTC yang terkenal di Pare dan Jogja," tambah Inayah.
Mahasiswa di era Revolusi Industri 4.0 harus siap jadi pengusaha. "Tak bisa lagi mahasiswa hanya belajar dalam kelas di era serba canggih dan cepat ini. Kalian harus kreatif dan terus mau membaca dan belajar memahami dan mengerti perkembangan teknologi yang berkembang," terang Kiai Muhammad Nur Hayid, Pengasuh Pesantren Skill Jakarta dalam acara seminar entrepreneur di Kampus UIN Sunan kalijaga ini (Jumat, 5/10/2018). Menurut Gus Hayid, panggilan dai muda nasional ini, untuk menjadi pengusaha, tak butuh banyak modal dan materi bagi mereka yang berani dan memiliki kreativitas. Sebab, lanjut Gus Hayid, bisnis itu hanya membutuhkan keberanian dan konsistensi yang dibalut dengan kejujuran. "Kalau kalian sudah memiliki keberanian, dan konsisten dalam menjalani bisnis dan usaha, insyallah pasti akan ada jalan. Allah tak akan membiarkan hambanya yang sungguh-sungguh. Apalagi semua langkah di bungkus dalam kejujuran," terang Sekjen Himpunan Pengusaha Santri Indonesia (HIPSI) ini.
Alex yang hadir sebagai pembicara menegaskan bahwa sebelum kita memasarkan produk, kita harus mengetahuai market pasarnya siapa. Selanjutnya dianalisis dengan menggunakan STP (segmenting, positioning dan targeting). “Kita harus tau juga analisis SWOT dari produk kita, dan pada akhirnya kita dapat menyimpulkan produk yang akan kita pasarkan itu mau seperti apa. Seandainya ingin mengikuti market leader-nya” demikian pesan Alex. Dia juga meminta mahasiswa agar selalu memiliki mimpi untuk menjadi pengusaha. Sebab dalam berusaha, ada banyak peluang dan manfaat dalam membantu orang lain. "Intinya, kalau mau bisnis, harus tahan banting dan mulai dari sekarang," tegas Alex.