Urgensi Teori sosial dalam Hadis
Muhammad Aufa Rifki Dzakwan
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, Program Studi Ilmu Hadis
Hadis merupakan perkataan, perbuatan, dan ketetapan nabi Muhammad Saw yang bersifat otentik, berbagai perjalanan hidup nabi Muhammad saw. di rekam di dalam kitab hadis. Hadis memiliki tiga macam dan pastinya banyak dari masyarakat mengetahuinya, yakni hadis shahih, hadis hasan, dan hadis dhaif. Dalam menentukan kategori macam sebuah hadis pasti tersusun dari berbagai unsur agar terciptanya hadis yang shahih dan dapat dijadikan sebagai sumber hukum. Di dalam unsur hadis tersebut salah satunya adalah teori sosial. Teori sosial ini merupakan salah satu faktor penting dalam memahami hadits Nabi Muhammad. Karena selain banyak hadits yang berkaitan dengan persoalan buatan manusia ternyata ada beberapa yang tidak lepas dari hadits.
Yang pertama adalah Nabi Muhammad. Itu adalah contoh bagi umat Islam dan berhak menyampaikan wahyu Allah SWT. Oleh karena itu, menurut ayat 3 dan 4 Surah Nanum Alquran, isi yang disampaikan adalah benar adanya. Kedua, ada beberapa tradisi yang bertolak belakang dengan tradisi lain, seperti memperbolehkan shalat sunah sebelum Maghrib dan melarang ibadah haji beserta kemampuannya. Ketiga, Nabi Muhammad. Itu adalah bagian dari komunitas sosial saat itu. Interaksi Nabi Muhammad SAW. Bagi Muslim dan non-Muslim, itu mencakup semua aspek, termasuk hubungan pribadi, hubungan sosial dan interaksi hidup bersama di bawah batasan berbagai kepentingan.
Metode sosiologis hadis melibatkan semua aspek kehidupan masyarakat, yaitu dengan mempelajari hubungan dan saling pengaruh antara berbagai fenomena sosial, seperti hubungan dan pengaruh timbal balik antara ekonomi dan agama, politik dan agama, atau antara fenomena masyarakat dan non-sosial. , Seperti geografi, biologi, dll. Sosiologi adalah ilmu yang membatasi dirinya pada apa yang terjadi dan bukan pada apa yang seharusnya terjadi, karena sosiologi dapat menentukan bahwa suatu tempat dan masyarakat pada waktu tertentu memiliki nilainya sendiri, tetapi tidak dapat menentukan bagaimana seharusnya nilai tersebut.
Untuk memahami teori sosial dengan mempelajari semua aspek sejarah yang terjadi pada masa Nabi Muhammad. Oleh karena itu, kajian hadis tidak hanya harus melakukan kajian terhadap Kirtik Matan dan Sanad, tetapi juga berusaha mengungkap makna yang terkandung di dalamnya yang dipadukan dengan metode sejarah kritis, khususnya dalam sejarah. Ini penting karena sejarah nabi dulu dan sekarang sangat berbeda. Intinya, melalui ilmu-ilmu sosial (seperti antropologi, antropologi, dan pemahaman sejarah hadits), kebenaran sejarah akan mudah dibungkam. Antropologi membahas tentang manusia dan adat istiadat agama dari perspektif pembahasan sosiologis masyarakat Arab dan konstruksi sosial, serta perkembangan dan pertumbuhan adat istiadat keagamaan dalam masyarakat Arab.
Pada dasarnya dua ilmu yang berbeda bukan untuk di pisahkan antara satu dengan yang lain. Tindakan yang seharusnya di lakukan adalah membicarakan, memikirkan, mempertemukan untuk menumbuhkan ide pemikiran baru dalam menyelesaikan berbagai masalah. Inilah mengapa kita harus mengetahui bahwa pentingnya teori sosial dalam mempelajari berbagai masalah dalam hadits. Kemudian sarjana modern menyadari pentingnya kebenaran sejarah untuk memahami hadits Nabi Muhammad. Menurut Syuhudi Ismail, Nabi Muhammad didasarkan pada petunjuk Alquran. Dikirim oleh Allah SWT. Sebuah berkah bagi seluruh umat manusia dan seluruh alam semesta. Hal tersebut menunjukkan eksistensi Nabi Muhammad SAW. Bawalah kebenaran dan belas kasihan pada sulur umat manusia kapan pun, di mana pun. Dengan bantuan ilmu sosial Hal tersebut diharapkan dapat menghasilkan makna kontekstual Dapat diterapkan kapan saja dan di mana saja.