PENTINGNYA PERSPEKTIF SOSIOLOGIS TERHADAP PEMAHAMAN HADIS
Oleh : Ika Eni Rosyidah
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Hadis merupakan sebuah rekaman hidup Rasulullah saw. yang berupa perkataan, perbuatan, ketetapan serta segala tindakan yang dilampaui oleh beliau (Zein, 2008:14). Seluruh umat Islam mengakui bahwa sumber pokok hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur’an adalah hadis, dengan demikian tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Rasulullah saw. adalah tokoh utama yang berperan sebagai suri tauladan bagi seluruh umat Islam dan mempunyai misi menjelaskan isi Al-Qur’an . Di samping Rasul diciptakan sebagai seorang yang paling sempurna di bumi, beliau tetaplah manusia yang berasal dari komunitas sosial bangsa Arab dan tentu hidup bersosialisasi dengan masyarakat di dalamnya. Oleh karena itu, dalam memahami sebuah hadis tidak cukup secara tekstual saja namun kontekstualisasi juga sangat dibutuhkan, dimana hal tersebut dapat dilihat melalui situasi dan kondisi sosial yang ada pada masa itu.
Dengan adanya landasan tersebut, dalam kajian hadis sudah sepatutnya menyertakan pendekatan sosiologis yang dapat membantu memahami hadis secara utuh, mengingat hadis Rosul tidak hanya memuat tentang hal peribadatan saja, namun juga perihal mu’amalah (hubungan sesama manusia) (Assegaf, 2015:292), selain itu supaya hasilnya dapat diterima dengan baik oleh semua lapisan umat Islam. Sosiologi itu sendiri berarti sebuah ilmu yang mempelajari struktur, proses, serta perubahan-perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat untuk meningkatkan daya kemampuan manusia dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan hidupnya (Khoiruddin, 2014:395). Sedangkan dalam perspektif sosiologis, agama dianggap sebagai sistem kepercayaan yang diwujudkan dengan perilaku sosial yang berkaitan dengan pengalaman manusia, dan hal ini tentunya juga sangat dipengaruhi oleh aturan tertulis (di dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Hadis) yang berlaku di dalam agama tersebut (Abidah, 2017:2).
Pendekatan sosiologis yang diterapkan dalam kajian hadis dapat diaplikasikan sebagai salah satu mekanisme terhadap analisis sanad maupun matan dimana hal tersebut dilakukan dalam rangka untuk mengetahui kualitas hadis. Dalam kajian matan terdapat beberapa cabang keilmuan lain, yang pertama Ilmu Asbab Wurud al-Hadis, yaitu ilmu untuk mengetahui peristiwa apa yang terjadi dibalik munculnya hadis (latar belakang). Urgensi perspektif sosiologis dalam kajian ini terletak pada persamaan pembahasan di dalamnya, yaitu sama-sama mengkaji sebuah latar belakang individu maupun sosial berupa kelompok dalam masyarakat (Assegaf, 2015:303). Hal ini dikarenakan mayoritas hadis yang disabdakan oleh Rosul bertujuan untuk menjawab pertanyaan dan memberi peringatan serta penjelasan terhadap segala sesuatu apa yang sedang terjadi pada masyarakat Arab pada masa itu.
Kedua, Ilmu Ikhtilaf al-Hadis yaitu ilmu yang membahas tentang hadis-hadis yang saling bertentangan. Kontroversi substantif yang terjadi pada hadis ini memuat hukum yang saling bertentangan namun memiliki masalah yang serupa, hal ini membuat hadis sulit dipahami karena kebingungan terhadap cara pengamalannya (Helmy, 2020:54). Biasanya pertentangn ini terjadi karena pada masa Rosul terdapat banyak perubahan situasi dan kondisi sosial keagamaan, tentu isi hadis pun juga menyesuaikan dengan hal itu, sehingga tidak heran jika hadis yang muncul lebih dahulu tidak berlaku lagi pada masa berikutnya, seperti hadis tentang larangan ziarah kubur. Rosul melarang ziarah kubur karena kualitas ke-tauhid-an umat beliau pada masa itu masih sangat minim sehingga ditakutkan akan menyekutukan Allah swt. dengan atau tanpa sengaja, namun untuk masa yang berikutnya beliau justru memperbolehkan karena dirasa umat telah memiliki keyakinan yang kuat. Apabila hal ini tidak dikaji dari kacamata sosialnya, maka hal yang demikian dapat menimbulkan kesalahpahaman antar umat bahkan ulama.
Adapun dalam kajian sanad, terdapat beberapa cabang keilmuan yang harus menyertakan perspektif sosiologis dalam analisisnya, salah satunya adalah Ilmu Rijal al-Hadis, yaitu ilmu yang membahas tentang segala hal ihwal periwayat hadis diantaranya tentang nama dan gelar serta kunyah rowi, para guru dan murid, tempat tanggal lahir dan wafat, domisili (tempat tinggal), serta rihlah ilmiah yang perna beliau tempuh selama hidupnya. Apabila dalam pembahasan ini tidak disertakan pandangan sosiologis dan hanya mengandalkan teks saja, dapat dipastikan bahwa pencarian terkait hal tersebut tidak mendapat hasil yang maksimal. Misalnya dalam pembahasan tentang nama dan gelar serta kunyah seorang rowi kita dapat mengetahui mengapa masyarakat pada masa itu memberikan nama yang demikian terhadap mereka. Dalam rangka mengetahui hal tersebut dibutuhkan kajian sosiologis yang digunakan untuk melihat apakah hal yang demikian disebabkan oleh social class atau status group, seperti yang telah diungkapkan oleh Joseph Schumper bahwa “kelas-kelas dalam masyarakat terbentuk untuk menyesuaikan mereka dengan beragam kepentingan yang nyata” (Assegaf, 2015:298). Ketika hal tersebut telah diketahui dengan jelas, secara otomatis dapat diketahui bagaimana sifat yang dimiliki oleh rowi, apakah baik ataupun buruk, dimana hal ini juga termasuk dalam pembahasan selanjutnya dalam kajian hadis, yaitu terkait jarh dan ta’dil-nya.
Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa setiap bidang keilmuan tidak dapat berdiri sendiri, satu sama lainnya tetap saling membutuhkan agar tujuan dari bidang keilmuan tersebut dapat dicapai secara maksimal, begitu juga dengan kajian ilmu hadis yang harus didampingi dengan keilmuan sosial. Mengapa harus ilmu sosial, dengan perantara ilmu tersebut hadis dapat dipahami dan diterima oleh semua kalangan umat Islam dengan baik dan mudah, mengingat agama Islam diturunkan adalah dalam rangka untuk kepentingan sosial (Khoiruddin, 2014:407).
Daftar Pustaka
Abidah, I. Z. (2017). Pendekatan Sosiologis dalam Studi Islam. Insprirasi, 2.
Assegaf, J. (2015). Studi Hadis dengan Pendekatan Sosiologis : Paradigma Living-Hadis. Holistic al-Hadis, 292.
Helmy, M. I. (2020). Aplikasi Sosiologi Pengetahuan dalam Studi Hadis: Tinjauan Kronologis-Historis Terhadap Perumusan Ilmu Mukhtalif al-Hadis Asy-Syafi'i. Fenomena, 54.
Khoiruddin, M. A. (2014). Pendekatan Sosiologi dalam Studi Islam. IAI Tribakti Kediri, 395.
Zein, M. (2008). Ukumul Hadis dan Mustholah Hadis. Jombang: Darul Hikmah.