Asbabul Wurud sebagai sebuah Salah Satu Bukti Aspek Sosial Yang Diperlukan Untuk Memahami Konteks Munculnya Hadis

Nama : Gita Mulda Ningsih

NIM : 19105050050

Email : 19105050050@student.uin-suka.ac.id

Hadis sebagai sumber ajaran utama bagi umat islam setelah Al-Qur’an memiliki peran yang sangat penting untuk keberlangsungan hidup beragama umat islam, karenanya hadis tidak hanya sekedar hadis saja. Hadis juga memiliki disiplin-disiplin ilmu yang dapat menuntun kita pada kebenaran beragama. Salah satu contoh disiplin ilmu yang mendukung pemahaman hadis secara kontekstual adalah Asbabul Wurud. Dengan adanya asbabul wurud kita dapat memahami hadis secara kontekstual, tidak hanya secara tekstual.

Seiring berkembangnya zaman dan meluasnya peradaban islam, pemahaman terhadap hadis Nabi Muhammad Saw pun ikut mengalami perkembangan, mengetahui asbabul wurud menjadi hal yang sangat penting agar dapat mengurangi kesalah pahaman dalam memahami dan memaknai hadis. Asbabul wurud dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang terjadi baik itu peristiwa maupun pertanyaan yang terjadi ketika hadis disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Dalam memahami hadis dengan asbabul wurud kita dapat memperhatikan bagaimana suasana ketika hadis tersebut muncul, kepada siapa hadis tersebut dilontarkan, dan juga perlu diperhatikan sebagai siapa kapasitas Nabi Muhammad Saw ketika menyampaikan hadis tersebut, apakah sebagai panglima perang, hakim, ataupun kepala negara. Dengan memperhatikan asbabul wurud suatu hadis kita dapat mengetahui dan memahami lebih dalam makna yang dikandung oleh hadis tersebut.

Asbabul wurud juga memiliki fungsi yang sangat signifikan diantaranya menjadi sebuah pengkhusus hadis yang bersifat umum, menjadi sebuah pembatas pengertian hadis yang mutlak, menjadi sebuah perinci hadis yang bersifat global, menjadi penentu akan ada atau tidaknya naskh dan mansukh dalam suatu hadis, menjadi penjelas sebab-sebab ditetapkannya suatu hukum, menjadi penjelas hadis-hadis yang masih sulit dipahami atau musykil (Putri, 2020:11).

Pada masa ketika Nabi Muhammad Saw masih hidup beliau selaku utusan Allah berinteraksi langsung dengan masyarakat sehingga setiap hadis yang beliau sampaikan memiliki aspek historis didalamnya. Hadis Nabi Muhammad Saw ada yang memiliki asbabul wurud khusus “Asbabul wurud al-khassah” dalam artian hadis tersebut memiliki aspek historisitas tersendiri ketika munculnya, dan adapula asbabul wurud umum “Asbabul wurud al-‘ammah” seperti keadaan sosial dan kebudayaan masyarakat Arab pada masa itu.

Kita menyadari bahwasannya tidak semua hadis Nabi Muhammad Saw memiliki asbabul wurud khusus “Asbabul wurud al-khassah”. Maka faktor sosial dan kebudayaan ketika hadis tersebut muncul atau asbabul wurud umum “Asbabul wurud al-‘ammah” dapat dijadikan sebuah landasan. Walaupun kembali lagi harus kita ingat bahwa ada beberapa hadis yang tidak harus dituntut memiliki “Asbabul wurud al-‘ammah” seperti hadis yang membahas tentang akhirat dan hal yang ghaib.

Perkembangan ilmu yang terus maju dan terus berkembang menjadikan ilmu hadis pun ikut berkembang. Dengan adanya ilmu Asbabul wurud hadis, menjelaskan bahwasannya hadis dapat berintegrasi dengan ilmu ilmu lainnya seperti ilmu sosial, dan historis. Ini menjadi bukti bahwasannya agar dapat memahami hadis secara kontektual diperlukan ilmu sosial dan historis. Berikut contoh dan uraian hadis Nabi Muhammad Saw:

  • Hadis Tentang Diperbolehkannya Berziarah Kubur yang Pernah Dilarang Oleh Nabi Muhammad Saw

Hadist yang diriwayatkan dari Buraidah berkata :

Rasulullah SAW telah bersabda : Aku pernah melarang kalian untuk tidak pergi berziarah kubur. Akan tetapi, ketika Muhammad telah mendapatkan izin ke makam ibunya, maka mulai saat itu berziarahlah, Karena hal itu bisa mengingatkanmu pada akhirat.” (HR. Tirmidzi)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Buraidah dari Ayahnya berkata :

Rasulullah SAW telah bersabda : “Aku pernah melarang kalian (umatku) agar tidak berziarah, akan tetapi sekarang berziarahlah. Aku pernah mengharamkan bagi kalian memakan daging kurban setelah melewati jangka waktu tiga hari, sekarang simpanlah makanan itu untuk keperluanmu. Dan aku juga mencegah kalian untuk tidak minum anggur kecuali jika berada dalam bejana minum, sekarang minumlah, tapi jangan sampai kalian mabuk.”

Hadis diatas merupakan bukti adanya aspek sosial dan budaya pada masyarakat Arab di zaman Rasulullah hidup. Awalnya Nabi Muhammad Saw melarang umat islam untuk berziarah kubur dikarenakan pada masa itu kondisi umat islam masih belum stabil dan sangat labil karena renggang waktunya pun terbilang dekat dengan zaman jahiliyah. Umat islam yang berziarah kubur pada waktu itu cenderung mengikuti pola jahiliyah mereka meratapi orang yang telah meningal di kuburannya. Sehingga Nabi Muhammad Saw mewaspadai hal tersebut dan kemudian melarang perbuatan tersebut.

  • Hadis Tentang Wanita Yang Menjadi Pemimpin

Rasulullah SAW bersabda :

“Suatu kaum akan gagal apabila menyerahkan urusan (untuk menjadi pemimpin) mereka kepada seorang wanita.”

Jika dilihat secara tekstual hadis tersebut dapat mengartikan bahwasannya seorang wanita tidak dianjurkan untuk menjadi seorang pemimpin kaum atau khalifah. Namun apabila kita lihat secara sosio historis kemunculan hadis tersebut adalah ketika Nabi mendengar tentang pengangkatan Ratu di Persia pada tahun 9 H. Pada waktu itu derajat wanita berada dibawah laki-laki sehingga wanita tidak dipercaya untuk mengurus negara. Hal ini bertentangan dengan kisah Ratu Bilqis yang sukses memimpin Negeri Saba’ (Mu’in 2013:302). Maka inilah pentingnya memahami hadis dari berbagai aspek, sehingga kita dapat memahami hadis tersebut secara kontekstual.

Daftar Pustaka

Benny Afwadzi, Membangun Integrasi Ilmu-Ilmu Sosial dan Hadis Nabi, Jurnal Living Hadis. Vol 1, No 1. Mei 2016. Malang

Munawwir Mu’in, Pemahaman Komprehensif Hadis Melalui Asbab al Wurud, Jurnal Addin, Vol 7, No 2, Agustus 2013. Purwokerto

Subehan Khalik, Sosio Kultural dalam Asbab Wurud Al-Hadis Al-Nabawi, Jurnal Al-Daulah, Vol 7, No 2, Desember 2018. Makassar

Widia Putri, Asbab al Wurud dan Urgensinya dalam Pendidikan, Al-Tarbawi Al-Haditsah; Jurnal Pendidikan Islam, Vol 4, No 1. Juni 2020. Yogyakarta

Ja’far Assagaf, Studi Hadis dengan Pendekatan Sosiologis: Paradigma Living Hadis, Jurnal Holistic al-Hadis, Vol 1, No 2, Juli-Desember 2015, Surakarta

Kolom Terkait

Kolom Terpopuler