Baru-baru ini Sekolah Pemikiran Islam dan Dakwah Digital di Pusat Studi Islam UII menggelar seminar dengan tema “Moderasi Islam untuk Generasi Millenial” pada Kamis, 25 Maret 2021. Meskipun dilaksanakan secara daring, bukan berarti antusiasme peserta menurun. Dalam hal ini, antusiasme peserta melebihi target bahkan bukan hanya dari kalangan mahasiswa internal kampus tapi juga berasal dari mahasiswa luar, ormas, dan masyarakat pada umumnya. Acara kali ini isi oleh Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam yakni, Dr. Inayah Rohmaniyah, S.Ag., M.Hum., M.A.
Inayah sebagai pemateri meyampaikan kekhawatirannya terhadap generasi millenial yang sudah banyak terpapar radikalisme bahkan agno (mempertanyakan kembali keberadaan Tuhan). “apalagi baru-baru ini terjadi pengeboman di halaman depan Gereja Katredal Makassar yang dilakukan oleh sepasang suami istri. Ini menambah daftar banyaknya generasi millenial yang kurang moderat bahkan ekstrimis”. Imbuhnya
“Gender juga bukan menjadi isu langka lagi di dalam dunia terorisme. Sekarang banyak perempuan yang terlibat terorisme.” Sambungnya.
Sebagai pakar gender, tentu saja Inayah menyorot langsung tentang fenomena gender dalam tindak terorisme. Bahkan banyak penelitiannya yang membahas gender dan isu radikalisme. Dalam acara ini, Inayah menyampaikan bahwa sebab banyaknya generasi millenial yang terpapar paham agno dan radikal disebabkan karena generasi millenial adalah generasi yang banyak menggunakan gadget ketimbang yang lainnya. Bahkan intensitas mereka berkehidupan lebih banyak dengan gadget. Artinya, dalam dunia yang serba teknologi ini, infomasi apapun dengan mudah diterima oleh generasi muda. Dengan demikian, informasi-informasi terkait dengan mudah untuk ditelan tanpa memperhatikan dimensi agama (Islam).
Inayah memulainya dengan pembahasan tentang dimensi Islam yang ia bedakan menjadi 3 wilayah yaitu (normatif teologis), teks dan dimensi empiris (Islam yang ada dalam masyarakat). Dalam dimensi normatif teologis, hal ini berhubungan dengan rukun Islam, rukun iman dan nilai-nilai fundamental. Aliran apapun setuju dengan nilai fundamental itu, baik yang radikal, agno, bahkan anak muda.
Prinsip atau nilai-nilai fundamental ini tercantum dalam al-Qur’an dan Sunah. Adapun beberapa prinsip fundamental tersebut antara lain, pertama, rahmatan lil ‘alamin sesuai dengan QS. Alfatihah yakni Islam adalah agama rahmat bagi semua, bahkan yang tidak seagama dengannya. Kedua, nilai pluralitas yang tercantum dalam QS. Al-Kafirun: 6 yang artinya “bagimu agamamu dan bagiku agamaku”. Inayah menjelaskan, ayat tersebut berbicara untuk membiarkan pemeluk agama lain dengan tenang melaksanakan apa yang menjadi kebutuhannya dalam agama dan bagaimana agama mengajarkan nilai-nilai. Kita (sebagai umat muslim) juga menjalankan apa yang menjadi kebutuhan dan tanggungjawab diri sendiri selama menjadi muslim. Artinya, ketika umat agama lain sedang melaksanakan ibadahnya, maka tugas kita adalah memberi ketenangan beribadah padanya. Selain itu, nilai fundamental lain yaitu Anti penghinaan, keadilan (yang diukur dengan taqwa, penghormatan, anti kekerasan dimana satu orang sama dengan membunuh satu generasi, musyawarah dll.
Selanjutnya, dalam dimensi teks. Dalam dimensi ini berbeda dengan dimensi keyakinan. Mediator seseorang untuk mengetahui kebenaran karena kita bukan nabi yang bisa berdialig langsung dengan Tuhan maka kita bisa berdialog dengan teks. Sedangkan teks memiliki objektifitasnya sendiri. “itulah nanti yang menjadi masalah”. Sambungnya. Padahal teks penuh dengan keterbatasan karena dia menjadi dunia manusia dengan banyak yang sudah mentafsir.
Dimensi ketiga tentang kontekstualisasi Islam dalam masyarakat. “banyak yang mengaku jadi tantara tuhan yang mengaku punya otoritas dan yang lain tidak punya otoritas. Padahal tidak ada yang boleh mengaku sudah sampai titik tantara Tuhan”.
Beberapa penjelasan di atas, Inayah menekankan para generasi millenial untuk memahami tiga dimensi agama (Islam) dan beberapa prinsip fundamental Islam yang harus ipegang oleh setiap individu terlebih lagi generasi millenial yang sedang dihadapkan pada dunia teknologi yang gencar.