Amin Abdullah; antara kontekstualisasi, integrasi-interkoneksi, dan kompetensi.

Pada hari Rabu (26/08), Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam mengadakan Webinar Spesial Tahun Baru Muharram 1442 H. Webinar ini mengangkat tema Ushuluddin menyapa, Ushuluddin untuk bangsa dan Ushuluddin Mendunia. Selain menampilkan para dekanat sebagai pembicara, webinar ini juga menampilkan para sesepuh Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam seperti Prof. Dr. H. M. Amin Abdullah (Rektor UIN Sunan Kalijaga periode 2000-2008). Guru Besar dalam bidang Filsafat itu juga menjadi anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) sejak tahun 2011. Pada tahun 2014-sekarang terpilih sebagai ketua AIPI untuk Komisi Kebudayaan.

Dalam pesan dan kesan yang berdurasi 41 menit tersebut, Prof. Amin Abdullah banyak menyampaikan wejangan-wejangan yang berangkat dari berbagai macam pengalaman, baik dalam internal maupun eksternal UIN Sunan Kalijaga. Meski berbicara dengan sangat santai, mengalir, dan penuh keakraban, Prof. Amin Abdullah sesungguhnya sedang menyampaikan sesuatu yang sangat berbobot. Ada tiga poin penting yang disampaikan dalam webinar spesial tahun baru tersebut; kontekstualisasi, integrasi-interkoneksi, dan kompetensi pemimpin (termasuk para dosen).

Terkait kontekstualisasi, Amin Abdullah melihat ada perbedaan antara lulusan Luar negeri dan dalam negeri. Karena itu, menurutnya, sekembali dari luar negeri alumni harus melakukan kontekstualisasi dengan melihat kembali alam ke-Indonesiaan. Beliau mencontohkan dokter-dokter lulusan luar negeri (yang selama studi menekuni penyakit daerah distropis), sesampainya di tanah air harus dilatih terlebih dahulu untuk mengenali kembali tentang penyakit tropis (khas Indonesia). Pesan ini menurutnya, sebagai usaha untuk menjaga esensi seorang dosen agar menjadi ideal, to be a good scholars dan to be a good researcher.

Sementara pada poin kedua, tokoh penting yang melempar isu integrasi-interkoneksi pada tahun 2012 tersebut menegaskan agar para dosen (termasuk pemimpin) tidak boleh monodisiplin. Permasalahan yang kita hadapi di era kontemporer ini begitu kompleks, sehingga setiap dosen harus melakukan cross experience, cross reference, dan multi reference. Hal ini juga merupakan bagian dari keindonesiaan, ungkap pria yang kini memasuki usia 68 tahun.

Terkait kompetensi, Prof. Amin menekankan tiga aspek kesehatan, akademik, dan akhlak. Saat menyinggung soal kesehatan, Amin menyinggung tentang musibah yang menimpa Ushuluddin dengan kehilangan tiga dosen dalam waktu yang singkat; Dr. Muhammad Amin Lc, MA., Prof. Dr. Suryadi, M.Ag, dan Dr. H. Syaifan Nur, MA. Beliau memberi pesan khusus kepada para pimpinan agar menempatkan kesehatan dosen dan tenaga kependidikan pada skala prioritas. Untuk bidang akademik, Prof. Amin tidak banyak memberikan wejangan, kecuali sekedar pesan agar Wakil Dekan II membuat road map dan time table yang tepat. Para dosen harus diklasifikasi menjadi tiga, alumni dalam negeri, luar negeri, dan perpaduan keduanya.

Mencermati kasus-kasus yang terjadi di lingkungan PTAIN, Amin Abdullah secara khusus mengajukan satu pertanyaan mendasar, mengapa ketinggian akademik tidak paralel dengan akhlak ?. Menurutnya, setiap dosen harus mencermati aspek ini. Sebab, akhlak adalah benteng yang penting dalam karir hidup manusia. Karir akademik boleh tinggi tapi akhlak harus tetap hamble dan dedicated, baik dalam hubungan sosial antara dosen maupun antara dosen dan mahasiswa. Di akhir pesan dan kesannya, Prof. Amin menekankan kepada semua keluarga besar UIN Sunan Kalijaga khususnya Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam agar menjadikan akhlak in practice. Menurutnya, akhlak karimah harus nampak dalam hubungan sosial, komunikasi, maupun lainnya. Beliau mencontohkan yang tidak baik, seorang dosen di sebuah PTN yang kurang berakhlak terhadap tenaga TU. Amin Abdullah kemudian menutup dengan do’a ma’annajāh ‘alā kulli hāl. (Asr).