Lord Mahavira College of Education, Hamirghar, Punjab, India, telah menyelenggarakan Konferensi Internasional dua hari bertema “Empowering Teacher Education through NEP 2020: Synergy of Indian Knowledge System (IKS) and ICT”. Acara yang berlangsung secara hybrid (baik offline maupun online) pada tanggal 7-8 November 2025 ini mempertemukan para akademisi, pembuat kebijakan, dan praktisi dari berbagai belahan dunia untuk mendiskusikan masa depan pendidikan guru.
Konferensi ini secara resmi
dibuka oleh Dr. Paramjeet Kaur Mangat, Principal, Lord Mahavira College of
Education, Hamirghar, Punjab, India, yang dalam sambutannya menekankan
pentingnya kolaborasi lintas budaya dan negara serta menekankan penggunaan
teknologi dalam membentuk dan mengembangkan pendidik masa depan.
Dalam salah sesi kunci yang
menarik, Prof. Dr. H. Robby Habiba Abror, M.Hum., Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, membahas tentang “Reimagining
Teacher Education through Culture and Technology: An Indonesian Perspective
Resonating with NEP 2020.” Beliau menggarisbawahi urgensi transformasi
pendidikan guru dalam menghadapi disrupsi global dan tuntutan Abad ke-21, serta
bagaimana Visi Indonesia Emas 2045 dan kebijakan Merdeka Belajar membentuk
konteks nasional yang unik. Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam tersebut menekankan pentingnya peran
budaya sebagai pondasi pendidikan guru, termasuk implementasi kurikulum
berbasis kearifan lokal dan relevansi filosofi Pendidikan dari Ki Hajar
Dewantara, serta peran teknologi sebagai akselerator. Beliau juga menegaskan
sinergi otentik antara budaya dan teknologi untuk menciptakan inovasi pedagogis
dan profil guru masa depan yang adaptif, inovatif, berakar budaya, dan
berwawasan global, sambil menyoroti resonansi dengan NEP 2020 India. Cross-Learning
dari Indonesia untuk India salah satunya berasal dari kekuatan Filsafat
Pancasila dan “Bhinneka Tunggal Ika” basis pendidikan karakter dalam
masyarakat kita yang multikultural.
Sementara itu, Dr. Deepti Arora, dosen
RCB College, Calgary, Kanada, turut memberikan kontribusi berharga dengan
paparannya mengenai “Role of Teachers in IKS” (Peran Guru dalam Sistem
Pengetahuan India). Dalam diskusinya, Dr. Arora menguraikan bagaimana
pengetahuan dalam IKS dipandang saling terhubung (seperti dalam Nyaya, Vedanta,
Samkhya). Ia menekankan bahwa guru dalam IKS berperan sebagai ‘gurus’ atau fasilitator
kearifan, bukan sekadar penyampai materi. Fokus diberikan pada nilai-nilai,
etika, dan realisasi diri sebagai inti pendidikan, dengan penekanan pada dialog
(samvaad) dan pembelajaran eksperiensial. Dr. Arora menyimpulkan bahwa
guru berperan sebagai jembatan penting antara tradisi dan modernitas dalam
konteks IKS.
Konferensi ini dapat menjadi
platform penting bagi dialog yang kaya serta pertukaran berbagai ide inovatif
antara India, Indonesia, dan Kanada. Adanya konferensi ini juga turut serta membuka
jalan bagi pengembangan filsafat Pendidikan dan model pendidikan guru yang
lebih tangguh dan relevan di era global yang sarat tantangan ini. (Munawar
Ahmad)